About

Pages

Indostar Tv

Wednesday, 2 January 2013

Pemberian Nama Nabi Adam AS

PERTANYAAN

Siapa yang memberi nama Tuhan yang Maha Esa?
Dan beragama apa?
Siapa yang memberi nama Nabi Adam?
Siapa wali pernikahan Adam dan Hawa?

JAWABAN

Allah SWT adalah Tuhan seru sekalian alam. Salah satu dari pada sifat-sifat yang wajib bagi-Nya adalah Esa. Dengan pengertian tidak berbilang Dzat-Nya, Sifat-Nya, dan Af'al-Nya. Esa atau asa artinya satu. Dzat Allah satu, dengan pengertian tidak tersusun dari beberapa suku dan tidak berbanding.

Matahari pun satu, tetapi tersusun dari beberapa suku dan tidak mustahil berbanding. Oleh karena satu dan satu itu ada kelainan makna, maka untuk Allah SWT dikatakan maha satu. Maha Esa artinya amat satu, sangat satu, dengan pengertian tersebut. Yang mengatakan ini adalah Allah SWT sendiri, dalam kitab suci Al-Qur'an pada Surat Al-Baqarah ayat 163:

"Dan Tuhan kamu itu, Tuhan yang Maha Esa".

Demikian pula pada Surat An-Nisa ayat 171:

"Hanyasanya Allah itu Tuhan yang Maha Esa".

Tersebut pula dalam Surat Al-Maidah ayat 73:

"Tidak ada Tuhan yang sebenarnya, kecuali Tuhan yang Maha Esa".

Demikian pula dalam Surat Al-An'am ayat 19:

"Hanyasanya Dia (Allah). Tuhan yang Maha Esa".

Dan pula dalam Surat Al-Kahfi ayat 110:

"Telah diwahyukan kepadaku, hanyasanya Tuhan kamu itu Tuhan yang Maha Esa".

Dan masih berpuluh-puluh ayat lagi, yang semakna dengan ayat-ayat ini. Adapun mengenai beragama apa, yang menamakan Tuhan yang Maha Esa ini maka kami jawab bahwa yang menamakan ini: Tidak beragama. Karena agama itu adalah peraturan-peraturan dan undang-undang. Allah SWT tidak terikat oleh suatu undang-undang dan peraturan. Oleh karenanya Allah SWT tidak beragama.

Mengenai siapa yang memberikan nama kepada Nabi Adam AS adalah yang menjadikan Adam sendiri, yaitu Allah SWT. Di dalam kitab suci Al-Qur'an pada Surat Al-Baqarah ayat 31, sebagai berikut:

"Dan Allah ajarkan kepada Adam segala nama".

Dalam hal ini tentu termasuk nama Adam sendiri.

Mengenai siapa yang menjadi wali atas pernikahan Sayyidina Adam AS dengan siti Hawa adalah Allah SWT sendiri. Sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Assab'iyy'iyyat fi Mawa'idzil Bariyyat karangan Abi Nashr Muhammad bin Abdurrahman Alhamadzany pada Hamisy-nya Almajalisussaniyyah halaman 111 - 112 sebagai berikut:

"Setelah Allah SWT menjadikan Hawa dari tula rusuk Adam yang sebelah kiri, maka diserunyalah Hawa dengan katanya: Siapa engkau? Dan untuk siapa engkau? Maka menjawablah Hawa: Aku dijadikan Allah untuk keperluan engkau. Maka kata Adam: Marilah datang kepadaku. Jawab Adam: Engkaulah yang datang ke sini! Lalu berdirilah Adam, datang menghampiri Hawa. Sejak mulai itulah berlaku adat laki-laki mendatangi wanita, artinya gayung meranin tempayan kata orang Jakarta. Tetapi sekarang ini rupa-rupanya sudah biasa juga, tempayan meranin gayung.

Maka tatkala sudah mendekat Adam kepada Hawa, dan berkehendak Adam memanjangkan tangannya kepada Hawa. Didengarnyalah suatu seruan: "Hai Adam. Tahan dulu! Sesungguhnya pergaulanmu dengan Hawa itu belum halal, kecuali dengan maskawin dan nikah syah dan diperintahkan Allah lah penduduk-penduduk surga untuk menghiasi dan memajangnya dan menghadirkan segala macam hidangan dan talamnya, lalu diperintahkanlah para Malaikat untuk berkumpul di bawah pohon kayu Thumba dan setelah berkumpul mereka itu memujilah Allah dengan dirinya dan dikhawatirkannyalah Adam AS. Maka berfirman Allah SWT: Alhamdu itulah puji-Ku, Kebesaran itulah kain-Ku, Kesombongan itulah selendang-Ku dan makhluk semua adalah hamba-hamba-Ku. Aku persaksikan terhadap para Malaikat-Ku dan penduduk langit-Ku, Aku telah nikahkan Hawa dengan Adam makhluk buatan-Ku yang baru".

Demikianlah seputar tanya jawab singkat dari kami, sampai ketemu lagi di tanya jawab selanjutnya. Semoga bermanfaat.

0 comments: